SEKTOR PERTANIAN
Pentingnya pertanian di dalam
pertumbuhan sebuah ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian, pertumbuhan
pertanian akan meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan daerah bruto (PDB).
Peran sektor pertanian sangat diperlukan dalam upaya menurunkan kemiskinan.
Data PBB menyatakan bahwa pada daerah pedesaan di negara berkembang terdapat
sekitar 1 milyar penduduk dari 1,2 milyar penduduk hidup dalam kemiskinan
absolut (absolute poverty).
Bank Dunia mengetahui bahwa populasi,
pertanian dan environment adalah kunci untuk mengetahui masalah yang dihadapi
di Sub-Sahara Afrika, yaitu daerah yang paling miskin di dunia. Pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat yang tidak diimbangi oleh teknik pertanian
menyebabkan kekurangan. Hal ini juga menyebabkan degradasi tanah dan penurunan
produksi dan konsumsi makanan per kapita.
Selain membutuhkan sumber daya
finansial, sektor pertanian juga memerlukan teknologi maju dan infrastruktur.
Diskriminasi pemerintah terhadap sektor pertanian akan menghalangi keseluruhan
pembangunan.
Transformasi Pertanian mengemukakan
bahwa keberhasilan sektor pertanian bukan hanya alat bagi pembangunan, tetapi
keberhasilan di sektor pertanian juga menjadi tujuan dari pembangunan. Pertanian dapat menjamin penyediaan kebutuhan milyaran
penduduk di masa depan. Hal yang berhubungan dengan transformasi sektor
pertanian:
1) Peningkatan produktivitas pertanian.
2) Penggunaan sumber daya yang dihasilkan untuk pembangunan di
luar sektor pertanian.
3) Integrasi pertanian dengan ekonomi nasional melalui
infrastruktur dan pasar.
Salah satu karakteristik dalam pembangunan ekonomi adalah
pergeseran jangka panjang populasi dan produksi dari sektor pertanian menjadi
sektor industri dan sektor jasa. Hanya sebagian kecil masyarakat dalam negara
industri yang hidup dari sektor pertanian. Konsep strategi pembangunan
berimbang (balanced growth), yaitu pembangunan di sektor pertanian dan sektor
industri secara bersamaan merupakan tujuan pembangunan yang paling ideal. Pada
kenyataannya konsep strategi pembangunan berimbang tidak dapat dilakukan oleh
negara berkembang, hal ini dikarenakan sumber daya yang tidak mencukupi untuk
melakukan pembangunan di sektor pertanian maupun sektor industri sekaligus.
Kontribusi Pertanian pada Pembangunan Pertanian memiliki kontribusi yang
sangat besar kepada pembangunan. Kontribusi
pertanian tersebut adalah:
1) Meningkatkan persediaan makanan.
2) Pendapatan dari
ekspor.
3) Pertukaran
tenaga kerja ke sektor industri.
4) Pembentukan
modal.
5) Kebutuhan akan
barang-barang pabrikan.
Kekuatan bukanlah alat untuk mengeksploitasi petani.
Beberapa negara berkembang menekan harga pertanian rendah, beberapa negara
mengenakan pajak akan aktivitas pertanian, mencabut modal pada daerah pedesaan,
secara umum dapat dikatakan banyak negara menempatkan industrialisasi di atas
segalanya. Model Lewis hanya membuat beberapa
ekonom dan pembuat kebijakan berpikir bahwa pertanian adalah tempat untuk
mempekerjakan kelebihan tenaga kerja yang tidak terserap oleh industrialisasi
Dalam
analisis klasik dari Kuznets (1964), pertanian di LDCs dapat dilihat sebagai
suatu sektor ekonomi yang sangat potensial dalam empat bentuk kontribusinya
terhadap pertumbuhan dan pengembangan ekonomi nasional, yaitu sebagai berikut:
1)
Ekspansi
sektor-sektor ekonomi lain sangat tergantung pada produk-produk dari sektor
pertanian, bukan saja untuk suatu kelangsungan pertumbuhan suplai makanan
mengikuti pertumbuhan penduduk.
2)
Karena bias agraris yang sangat kuat
dari ekonomi selama tahp awal proses pembangunan ekonomi.
3)
Karena pentingnya pertanian secara
relative menurun dengan pertumbuhan dan pembanguna ekonomi.
4)
Sektor pertanian mampu berperan
sebagai sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran.
A. Kontribusi Produk
Kontribusi
produk dari pertanian dapat dilihat dari relasi antara pertumbuhan pangsa
PDBdari sektor tersebut dengan pangsa awalnya dan laju pertumbuhan relatifdari
produk-produk neto pertanian dan non pertanian.
Didalam
system ekonomi terbuka, besarnya kontribusi produk dari sektor pertanian, baik
lewat pasar maupun lewat keterkaitan produksi dengan sektor-sektor
nonpertanian, misalnya industri manufaktur, juga sangat dipengaruhi oleh
kesiapan sektor itu sendiri dalam menghadapi persaingan dari luar (tingkat daya
saingnya).
B. Kontribusi Pasar
Negara agraris dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarganya) yang besar, seperti
Indonesia, merupakan sumber yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar domestik
bagi sektor-sektor nonpertanian, khususnya industri manufaktur.
Namun, peranan sektor pertanian lewat kontribusi pasarnya
terhadap diversifikasi dan pertumbuhan output dari sektor-sektor nonpertanian,
sangat tergantung pada dua faktor penting yang dapat dianggap sebagai
prasyarat, yaitu :
1)
Dampak dari keterbukaan ekonomi
dimana pasar domestik tidak hanya diisi oleh barang-barang buatan dalam negeri,
tetapi juga barang-barang impor.
2)
Jenis teknologi yang digunakan
disektor pertanian yang menentukan tinggi rendahnya tingkat mekanisasi atau
modernisasi dari sektor tersebut.
C.
Kontribusi Faktor-faktor Produksi
Ada
dua faktor produksi yang dapat dialihkan dari sektor pertanian ke sektor-sektor
nonpertanian, tanpa harus mengurangi volume produksi (produktivitas) di sektor
pertanian, pertama adalah tenaga kerja dan kedua adalah modal. Market Surplus
di sektor pertanian bias menjadi salah satu sumber modal bagi investasi di
sektor-sektor lain.untuk mendaptkan market surplus, kinerja sektor pertanian
itu sendiri harus baik, dalam arti bisa menghasilkan surplus. Faktor yang
sangat ditentukan oleh kekuatan sisi suplainya (teknologi, infrastruktur, dan
sumber daya manusia) dan dari sisi permintaan (pasar) oleh niali tukar antara
produk pertanian dan produk nonpertanian, baik di pasar dalam negeri maupun
luar negeri.
D.
Kontribusi Devisa
Kontribusi
sektor pertanian di suatu negara terhadap peningkatan devisa terjadi melalui peningkatan ekspor dan
atau pengurangan impor Negara tersebut untuk komoditi-komoditi pertanian. Akan
tetapi peranan sektor pertanian dalam peningkatan devisa bisa dikontradiksi
dengan peranannya dalam bentuk kontribusi produk. Dengan kata lain, usaha
peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan pasar
dalam negeri, atau sebaliknya, usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri bisa
menjadi suatu faktor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian.
Keterkaitan
Pertanian Dengan Industri Manufaktur
Tidak
dapat dipungkiri bahwa salah satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia adalah
karena kesalahan industrialisasi dari awal pemerintahan orde baru yang tidak
berbasis pada pertanian. Selama krisis juga terbukti bahwa sektor pertanian
masih mampu mengalami laju pertumbuhan yang positif, walaupun dalam persentase
yang kecil, sedangkan sektor industri manufaktur mengalami laju pertumbuhan
yang negative diatas satu digit. Banyak pengalaman dinegara-negara maju seperti Eropa dan
Jepang yang menunjukan bahwa mereka memulai industrialisasi setelah atau
bersamaan dengan pembangunan disektor pertanian. Ada
beberapa alasan kenapa sektor pertanian yang kuat sangat esensial dalam proses
industrialisasi di negara yang membangun sektor pertaniannya dengan baik, yaitu
sebagai berikut:
Sektor
pertanian yang kuat berarti ketahanan pangan terjamin dan ini merupakan salah
satu prasyarat penting agar proses industrialisasi pada khususnya dan
pembangunan ekonomi pada umumnya bisa berlangsung dengan baik. Ketahanan pangan
berarti tidak ada kelaparan dan ini menjamin kstabilan sosial dan politik.
Dari
sisi permintaan agregat, pembangunan sektor pertanian yang kuat membuat tingkat
pendapatan yang rill per kapita di sektor tersebut tinggi yang merupakan salah
satu sumber permintaan terhadap barang-barang nonfood, khususnya manufaktur.
Dari
sisi penawaran, sektor pertanian merupakan salah satu sumber input bagi sektor
industri yang mana memiliki keunggulan komparatif, misalnya industri makanan
dan minuman, industri tekstil dan pakaian jadi, industri kulit dan sebagainya.
Masih
dari sisi penawaran, pembangunan yang baik di sektor pertanian bisa
menghasilkan surplus disektor tersebut dan ini bisa menjadi sumber investasi di
sektor industri, khususnya industri skala kecil di pedesaaan (keterkaitan
investasi).
Sudah cukup banyak pembahasan teoritis mengenai
keterkaitan sektor pertanian dan sektor industri dan studi-studi kasus di
negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin yang membuktikan betapa pentingnya
sektor pertanian bagi pertumbuhan di sektor industri. Keterkaitan antara dua
sektor tersebut terutama didominasi oleh efek keterkaitan pendapatan, disusul
kemudian oleh efek keterkaitan produksi, sedikit bukti mengenai keterkaitan
investasi.
Oleh karena itu,
sektor pertanian memainkan suatu peranan penting dalam pembangunan sektor
industri di suatu daerah. Akan tetapi, kenyataan di Indonesia tidak demikian.
Data Input Output Table (IO) dari BPS menunjukan bahwa keterkaitan produksi
antara sektor pertanian dan sektor industri manufaktur sangat lemah dan tingkat
ketergantungan kedua sektor tersebut terhadap impor barang-barang modal dan
perantara sangat tinggi. Idealnya dan memang harus menjadi pola industrialisasi
di Indonesia adalah seperti yang diilustrasikan dalam gambar berikut, yakni
keterkaitan produksi yang kuat antara kedua sektor tersebut sehingga
ketergantungannya terhadap impor dapat dikurangi atau sama sekali dihilangkan.
Sebagai contoh empiris, berdasarkan
data I-O Nasional 1985. Menunjukan bahwa keterkaitan produksi ke belakang antara
industri kecil (IK) dan sektor pertanian jauh lebih besar dibanding keterkaitan
sektor tersebut dengan industi menengah dan besar (IMB). Perbedaan ini menandakan bahwa kalau dilihat dari struktur
input dari industri manufaktur, industri kecil lebih agricultural-based
dibanding industri menengah dan besar.
Sumber:
http://kitadanduniakampus.blogspot.com/2011/06/perkembangan-sektor-pertanian-indonesia.html
http://denandardede.blogspot.co.id/2015/05/keterkaitan-pertanian-dengan-industri_1.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar